Insan Kamil official website | Members area : Register | Sign in

Homeschooling Solusi Pendidikan

Rabu, 20 Oktober 2010

Share this history on :
SETIAP anak mempunyai hak sama untuk menedapatkan pendidikan yang layak sebagaimana yang diamanatkan UUD 1945. Mereka sedapat mungkin harus mendapatkan jaminan pendidikan yang benar-benar layak.

Namun fakta di lapangan, banyak anak kurang mendapatkan pengalaman yang menyenangkan di sekolah. Sebut saja kasus bullying, bentakan, kekerasan dari guru, bahkan pemasungan kreativitas anak. Pengalaman-pengalaman yang kurang berkesan tersebut menimbulkan momok buruk bagi anak dan orang tua.

Kurikulum yang terlalu padat dan tugas-tugas rumah yang selalu menumpuk menyebabkan kegiatan belajar mengajar seakan-akan menjadi beban bagi anak. Melihat kondisi ini perlu dicarikan solusi alternatif pendidikan bagi mereka yang kurang cocok dengan model sistem pendidikan formal, salah satunya dengan belajar di homeschooling.

Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengakomodasi homeschooling sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan oleh masyarakat, di bawah naungan Direktorat Kesetaraan Dirjen Pendidikan luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional.

Siswa yang memilih pendidikan homeschooling akan memperoleh ijazah kesetaraan yang dikeluarkan oleh Depdiknas. Ijazah ini dapat digunakan untuk melanjutkan di sekolah formal yang lebih tinggi, bahkan perguruan tinggi di luar negeri.

Penulis berpendapat bahwa pendidikan yang benar dan tidak memasung kreativitas anak adalah dengan belajar model Homeschooling. Di model sekolah ini peserta didik dapat bersekolah sambil berkarier. Atau jika ingin berkarier tapi sekolah tidak mau ketinggalan maka pola inilah solusinya.

Dalam konsep pendidikan homeschooling anak-anak yang berkarier seperti atlet, pemusik, penari, pelukis, pedagang/ usahawan masih dapat tetap bersekolah dengan suasana rumah. Konsep belajar bisa di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja, di samping proses belajarnya santai dan menyenangkan.

Konsep belajar seperti inilah sebenarnya yang harus dikembangkan. Peserta didik dapat berkreavitas ataupun berkarier karena sekolah tidak membebani peserta didik dengan setumpuk materi serta PR yang menjenuhkan bagi anak.
Kreativitas Penulis menilai bawa kegagalan kebijakan pendidikan kita selama ini karena tidak sanggup menumbuhkembangkan kreativitas dan kemandirian anak. Pola seperti itu menyebabkan kegagalan sistemik akibat sistem pendidikan masih berputar-putar pada nilai-nilai angka kuantitatif dengan mengugunakan satu indikator kelulusan yakni melalui ujian nasional.

Sebenarnya pendidikan anak tidak serta merta dibangun atas dasar indikasi angka-angka dalam bentuk nilai-nilai saja. Tetapi lebih jauh lagi yaitu pendidikan seharusnya bisa lebih manusiawi jika kita dapat membangun serta menumbuhkembangkan semua potensi yang dimiliki oleh anak secara optimal dan alami.

Pendekatan model pendidikan homeschooling yang seperti inilah sebenarnya yang harus diterapkan oleh para pendidik agar dunia pendidikan mampu melahirkan manusia secara utuh jiwa dan raganya. Bukan pendidikan yang hanya cenderung mengajar serta menghabiskan materi kurikulum mata pelajaran saja seakan-akan peserta didik dicekoki makanan tanpa memperhatikan kemampuan daya serap tampung kecerdasan anak.

Selama ini pendidikan di Indonesia masih saja mengejar tingkat kuantitas dengan menerapkan standar kelulusan nasional hanya dengan melihat beberapa nilai mata pelajaran tanpa melihat keunggulan dan prestasi-prestasi siswa lainya yang bersifat nonakademik. Sungguh menyedihkan ketika ada siswa yang selalu mendapat juara kelas dan berprestasi, tetapi tidak lulus ujian nasional hanya gara-gara nilai salah satu mata pelajaran yang kurang dari standar nasional.

Potret pendidikan indonesia seakan-akan hanya ingin mencetak siswa-siswa yang diibaratkan sama dengan robot yang terkesan hanya mencari angka-angka nilai akademik. Para siswa hanya dibebani soal-soal materi saja secara membabi-buta dengan alasan klasik yaitu menghabiskan materi kurikulum dari pemerintah. Model pendekatan yang seperti ini sungguh bertentangan dengan konsep pendidikan yang mengedepankan unsur humanistik.

Model pendidikan yang manusiawi yaitu apabila dapat memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Uzer,2005). Pendekatan pendidikan yang seperti inilah yang diterapkan oleh homeschooling. (M Iqbal Birsyada, suaramerdeka.com)
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 komentar:

*