Insan Kamil official website | Members area : Register | Sign in

*** Bersabarlah, Ayahbunda!

Selasa, 07 Februari 2012

Share this history on :
ayah bundaDear parent rahimakumullah, saat orang sedang ramai membincangkan pola pendidikan anak dengan hypnotherapy, seorang ibu muda yang sedang kerepotan mengurus putrinya yang sedang melewati usia balita, ditawari program ini untuk putrinya. Dengan lembut sang ibu menjawab, “Aduh, jangan anak saya deh yang di-hypnotherapi, lebih baik saya saja yang diterapi, agar saya lebih sabar mendidik anak saya.”

Amazing! Jawaban ibu itu sungguh luar biasa.

Ya, dear parent rahimakumullah, pastinya anda berdua sering mengalami hari yang demikian melelahkan menghadapi anak-anak. Entah itu yang masih balita ataupun yang pra-baligh. Ada hari di mana kita seperti bertekuk lutut mengasuh mereka. Berulangkali kita berikan nasihat seolah memantul sempurna. Seperti tak membekas bagi mereka.
Banyak orang tua yang kemudian berpikir untuk mengambil shortcut, jalan pintas. Memasukkan anak ke sekolah dengan harapan perilaku sang buah hati akan berubah saat bertemu dengan guru dan kawan-kawan mereka yang lain.

Apalagi sekarang banyak sekolah yang menawarkan pola full day school. Ayah dan bunda cukup mengantar mereka ke sekolah di pagi hari lalu menjemputnya di sore hari dalam keadaan mereka sudah letih sehingga tidak akan berbuat ‘macam-macam’ yang merepotkan ayahbunda di rumah. Apalagi kalau mereka ikut program antarjemput, maka Anda berdua tidak akan lagi direpotkan dengan urusan yang satu itu.

Lebih jauh lagi, sudah banyak sekolah Islam yang bahkan menyediakan program boarding bagi anak-anak kita yang masih menginjak usia pra-baligh. Cukup ayahbunda menjenguk mereka sebulan sekali atau menerima kehadiran mereka selama dua minggu atau sebulan saat musim liburan. Praktis, bukan?

Ohoi, seandainya Allah tidak mengamanahkan pendidikan dan pengasuhan anak kepada kita, orang tuanya, maka itu pasti akan jadi pilihan terefesien yang boleh kita ambil. Cukuplah orang tuanya, maaf, sebagai pabrik anak-anak, dan tidak perlu mengambil peran sebagai orang tua.
Rekan-rekan sesama orang tua yang disayangi Allah, apakah kita cukup memahami arti ‘ayah’ dan ‘bunda’ saat kita berazzam ingin memiliki buah hati? Apakah saat ia bunda lahirkan, dan ayah timang, Anda berdua cukup mengerti konsekuensi sebagai ayah dan bunda?
Bercanda dan tertawa bersama buah hati adalah momen yang menyenangkan. Tapi siapkah kita menerima kenyataan bahwa hari-hari kita sebagai orang tua juga harus diisi dengan mengurut dada dan kerenyut di kening menghadapi tingkah polah buah hati yang belum mengenal dosa?

Dear kawan-kawan yang berbahagia, siapkan mental kita sebagai seorang ayah dan bunda. Bersiap menghadapi kelucuan, keunikan dan keaktifan psikomotorik anak-anak kita. Jangan terbuai dengan impian bahwa sang buah hati akan selalu menurut dan menyenangkan.
Jangan pula melihat rumput tetangga yang nampak lebih hijau, yang anak-anak mereka penurut dan mudah diatur. Anak kita adalah anak kita dengan segala kekhasan mereka. Bahkan si buyung pun bisa berbeda dengan si upik, padahal datang dari rahim yang sama, bundanya.
Ayah dan bunda yang dicintai Allah, yang sekarang dibutuhkan oleh Anda berdua adalah kerja keras, kerja cerdas dan pastinya kerjasama Anda bersama pasangan mengantarkan anak-anak Anda berdua ke jenjang mardhotillah. Dan, ditambah kesabaran menghadapi derunya ujian dari Allah lewat anak-anak Anda berdua. Jangan menyerah lalu mengambil jalan pintas melepaskan pengasuhan anak-anak kita kepada orang lain. Ingatlah, Allah tidak akan menguji kita dengan sesuatu di luar batas kemampuan kita sebagai orang tua.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.”(QS. Al-Baqarah: 286)

Yakinkah kita dengan janji Allah di atas? Seberat apapun ujian yang dihadapi ayah dan bunda dalam menemani buah hati, tidak di luar batas kemampuan kita sebagai insan. Yang kerap terjadi adalah kita mudah berputus asa lalu menyerah untuk menjadi orang tua, lalu mengalihkan pendidikan anak-anak kita ke pihak lain; sekolah dan pesantren.
Padahal jerih payah kita, ketelatenan kita dan kesabaran kita dalam menghadapi anak-anak yang ‘menyusahkan’ kita sebagai orang tua, akan berbuah manis di hadapan Allah kelak.

Sabda Nabi saw.:
“Barangsiapa yang diuji dengan memiliki anak-anak perempuan, lalu dia dapat mengasuh mereka dengan baik, maka anak perempuannya itu akan menjadi penghalangnya baginya dari api neraka kelak.” (HR. Al-Bukhari no. 1329 dan Muslim no. 2629).

“Barangsiapa yang mengasuh dua orang anak perempuannya hingga dewasa, maka dia dan aku akan datang bersamaan pada hari kiamat kelak.” Beliau jari-jemarinya.” (HR. Muslim no. 2631)

Jadi, ayah dan bunda, bersabarlah!

Oleh Ustadz Iwan Januar* Guru Siroh Rasul HSG SMP Khoiru Ummah Bogor dan Penulis Buku-Buku Remaja,
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 komentar:

*