Insan Kamil official website | Members area : Register | Sign in

Berteriak Efektifkah?

Minggu, 03 Januari 2010

Share this history on :
BAGAIMANA Anda mengungkapkan ketidaksetujuan atas perilaku si kecil. Apakah dengan berteriak atau cara lain yang lebih bijaksana?

Kebiasaan berteriak atau memaki pada anak, masih sering dipraktikkan beberapa orangtua. Hal tersebut dapat dilihat di rumah, di taman bermain, bahkan di tempat umum seperti pusat perbelanjaan. Apakah sebenarnya teriakan efektif pada anak atau berdampak sebaliknya?

Salah satu cerita menarik mengenai kebiasaan berteriak dapat ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar Kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Penduduk primitif yang tinggal di sana memiliki kebiasaan menarik yakni meneriaki pohon. Nyatanya, kebiasaan tersebut dilakukan apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.

Dengan tujuan supaya pohon itu mati, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon. Ketika sampai di atas, bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuatkuatnya kepada sang pohon. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari.

Yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya mengering. Setelah itu, dahan-dahannya juga mulai rontok dan perlahan-lahan pula, pohon itu akan mati sehingga mudah ditumbangkan.

Kalau diperhatikan, apa yang dilakukan penduduk primitif tersebut sungguh aneh. Namun, salah satu hal yang bisa dipelajari bahwa mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap makhluk hidup tertentu seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut mati.

Mary Sheedy Kurcinka, penulis Kids Parents and Power Struggles mengatakan, penelitian menunjukkan ketika seseorang berteriak, hormon adrenalin dan sejumlah hormon stresnya meningkat.

"Bahkan, bayi sekalipun bisa menyadari ketika ada ancaman di sekitarnya," kata Kurcinka.

Terus menerus berada dalam keadaan waspada bisa berpengaruh terhadap perkembangan otak. "Berteriak justru bisa membuat anak-anak menjadi pemarah atau penakut. Hal ini malah membuat orangtua semakin stres," lanjut Kurcinka.

Dampak jelek dari teriakan sebagian besar juga tergantung sensitivitas anak. Beberapa ibu mengatakan, anak yang satu kelihatannya lebih tahan terhadap teriakan dan anak yang lain lebih peka.

"Ada perbedaan antara omelan yang sering, penuh kemarahan dan menyakitkan, dengan omelan yang sering dan sarat emosi. Omelan seperti itu justru bisa terasa lucu sesudahnya," ujar Kurcinka.
(sindo//tty,Sabtu, 07 Februari 2009
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 komentar:

*