Insan Kamil official website | Members area : Register | Sign in

*** Saat Anak Mulai Sekolah

Minggu, 19 Februari 2012

Share this history on :




Saat anak menginjak usia sekolah, banyak hal yang harus dipersiapkan orang tua. Sebab, sekali memulai sekolah, seterusnya—hingga paling tidak 18 tahun ke depan—waktu anak akan dihabiskan di sekolah. Mulai TK yang kebanyakan dijalani dua tahun, SD enam tahun, SMP tiga tahun, SMA tiga tahun dan kuliah hingga sarjana minimal empat tahun. Hmm, betapa lamanya.

Karena itu, awal sekolah bagi anak adalah momentum sangat penting. Harus muncul kesan menyenangkan, merindukan sekolah, haus ilmu, dan bersemangat setiap pagi. Sebab, rutinitas sekolah akan dia alami sepanjang usianya, sejak kanak-kanak hingga dewasa. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

1. Pertimbangan Usia
Jangan memulai sekolah terlalu dini. Misal usia satu tahun sudah ikut playgroup. Bahkan sejak bayi sudah dititipkan ke kindergarten dengan kurikulum khusus. Dikhawatirkan, akan muncul kejenuhan dan kebosanan di kemudian hari, bahkan stres. Apalagi jika keikutsertaan di playgroup sudah diistilahkan 'sekolah,' maka akan melekat di benak anak, kesan bahwa sekolah itu menjemukan. Pasalnya, usia segitu anak baru belajar menyetel rutinitas. Mungkin, secara fisik dia mampu menyerap pelajaran tapi hasilnya pasti tidak maksimal. Sebaliknya, jangan terlambat memulai sekolah karena bisa membuat anak minder dengan teman sebayanya.

2. Pilih Sekolah Islami
Pilihlah sekolah yang menawarkan kurikulum islami. Misal yang berlabel sekolah Islam terpadu. Cari informasi sedetail-detailnya mengenai metode, materi pembelajaran, pendidik dan fasilitasnya. Mulai TK dan khususnya SD, sangat penting memberikan kesan 'sekolah menyenangkan' bagi anak. Sebagai pondasi paling dasar, SD menjadi tempat paling lama bagi anak dalam menimba ilmu. Kalau salah pilih sekolah, bisa memicu masalah di kemudian hari. Misal tiba-tiba anak mogok sekolah, minta pindah, trauma, dll. Jadi, jangan coba-coba untuk anak.

3. Pantau Pelajaran
Usahakan orang tua serba tahu dengan apa saja yang sudah dipelajari anak di sekolah. Sehingga, orang tua memahami apa kekurangan dan kelebihan
buah hatinya dalam belajar. Dengan begitu bisa dicarikan jalan keluarnya, agar tidak menimbulkan problem lebih rumit di kemudian hari. Misal anak ternyata kesulitan belajar matematika, segera atasi.

4. Komunikasi Intensif
Jalinlah komunikasi intensif dengan anak untuk mengetahui suasana hatinya. Sambil makan malam misalnya, pancing dia agar bercerita aktivitasnya selama di sekolah. Mimik, intonasi dan cara menjawab akan menunjukkan suasana hatinya. Kalau dia begitu antusias menceritakan pengalamannya hari itu, pertanda dia bergembira di sekolahnya. Sebaliknya, jika jawabannya pendek dan ketus, mungkin dia mengalami hari yang tidak menyenangkan.

5. Gali Potensi
Jangan lupa menginvestigasi minat dan kemampuan anak, kira-kira condong ke mana. Mungkin dia memiliki ketertarikan lebih pada aspek bahasa, mungkin sains, seni-budaya, dan sebagainya. Ini penting untuk lebih fokus mengarahkan anak agar potensinya benar-benar melejit.

6. Ortu Terus Belajar
Meski anak sudah mendapatkan ilmu di sekolah, orang tua hendaklah selalu belajar tentang pendidikan anak. Pasalnya, semakin bertambah usia anak akan semakin kompleks pula problem pendidikan anak yang harus kita hadapi. Idealnya, orang tua lebih pintar dari anak karena punya pengalaman belajar lebih banyak. Ini juga untuk menjaga wibawa orang tua di hadapan anak sehingga anak tetap hormat kepada orang tua. Sebab, jika orang tua menuntut anaknya untuk belajar dan belajar, sementara ketika anak bertanya orang tua tidak mampu menjawab, akan tersimpul di benak anak “ah, toh ayah/ibu juga nggak pintar.”[] kholda

Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 komentar:

*