Ibu adalah orang terdekat bagi anak. Maka ia tentu berpeluang lebih besar menentukan corak kehidupan sang anak. Bahkan bisa dikatakan, ibulah penentu masa depan anak. Jika
ibu memiliki konsep yang benar tentang kehidupan, maka ia akan mampu
menunjukkan jalan yang benar bagi kehidupan anak-anaknya. Sebaliknya, jika ibu salah menilai kehidupan, sangat mungkin sang anak akan tersesat hidupnya.
Ibu hakikatnya adalah orang yang
paling tidak rela meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan lemah tidak
terurus, tidak terpenuhi kebutuhannya, tidak terbimbing, dan jauh dari
petunjuk. Karena ibu yang baik senantiasa takut akan firman Allah SWT yang maknanya:
“Dan hendaklah takut kepada
Allah SWT orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (TQS An-Nisa [4]:9).
Lantas, apa langkah praktis ibu agar mampu menjadi guide (penunjuk jalan) bagi putra putrinya? Berikut beberapa poinnya.
Pahami tanggung jawab ibu terhadap anak sesuai ketentuan Allah SWT yang telah menciptakan ibu dan anak. Ibu juga harus berani menepis paham kebebasan yang jelas-jelas akan membinasakan diri dan keluarganya. Semua ini akan menjadi motivasi yang kuat bagi ibu dalam menghadapi tantangan dan apapun yang terjadi pada sang buah hati kelak.
Belajar mendidik anak secara islami. Konsep pendidikan anak dalam Islam sangat komprehensif. Para ulama telah banyak menggali masalah ini secara detail. Para
ibu seharusnya lebih giat dan lebih cerdas mempelajarinya seiring
dengan meningkatnya kompleksitas permasalahan yang dihadapi anak.
Berikan perhatian, kasih sayang, waktu dan nasihat. Modal motivasi dan ilmu akan sangat bermanfaat bila senantiasa diaplikasikan kepada anak. Ibu seharusnya tidak boleh acuh. Sebaliknya ibu harus memberi perhatian penuh meski tidak boleh otoriter, ibarat komandan kepada bawahannya. Hukuman tak seharusnya menciptakan persepsi buruk pada anak sehingga melahirkan hal-hal yang kontra produktif.
Jauhi sikap materialistis. Jangan pernah ibu berpikiran bahwa kenikmatan hidup diukur dari seberapa besar ia memiliki harta/materi/ketenaran. Semua itu akan menipu pemiliknya sehingga melupakan Tuhannya.
Bertanggung jawab terhadap lingkungan, berani ber-amar ma’ruf nahi munkar. Jalan menuju surga memang tidak mulus. Lingkungan dan sistem kehidupan yang rusak sering menghalangi niat lurus ibu dan memojokkan anak pada situasi yang sulit. Maka,
sebagai bentuk komitmen akan kewajibannya terhadap anak-anak, ibu
seharusnya berani menyatakan kebenaran di tengah kerusakan dan berani
menentang keburukan.
Meringankan beban dengan melaksanakan kewajiban secara berjama’ah dengan ibu-ibu yang punya komitmen sama. Ini tentu akan menjadi kekuatan yang tidak bisa dipandang rendah, karena tantangan yang dihadapi ibu kian berat. Maka sudah menjadi sunnatullah, bahwa beban tersebut akan lebih ringan jika dipikul bersama. Apalagi Allah SWT telah memerintahkan umat Islam untuk saling menolong dalam kebaikan.
Sebuah keniscayaan, berbagai kemudahan dalam mendidik anak akan terwujud tatkala sistem Islam telah tegak. Oleh
karenanya, semoga optimalisasi peran kita sebagai ibu seiring sejalan
dengan optimalisasi peran kita dalam ranah politik-sosial kemasyarakatan
dalam mewujudkan sistem yang akan memberikan rahmat bagi ibu dan
generasi yang dilahirkannya tersebut. sumber
|
* Ibu, Penunjuk Jalan Bagi Buah Hati
Rabu, 26 Juni 2013
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...
Label:
Buah hati,
Guru-Pengajar-Pembimbing,
Hikmah Untuk Buah Hati,
Ibu,
Sekolah Calon Ibu dan Calon Bapak,
Sekolah Ibu dan Bapak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
*