Insan Kamil official website | Members area : Register | Sign in

Archives

Tampilkan postingan dengan label Hikmah Untuk Buah Hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah Untuk Buah Hati. Tampilkan semua postingan

* Ibu, Penunjuk Jalan Bagi Buah Hati

Rabu, 26 Juni 2013



Ibu adalah orang terdekat bagi anak. Maka ia tentu berpeluang lebih besar menentukan corak kehidupan sang anak. Bahkan bisa dikatakan, ibulah penentu masa depan anak. Jika ibu memiliki konsep yang benar tentang kehidupan, maka ia akan mampu menunjukkan jalan yang benar bagi kehidupan anak-anaknya. Sebaliknya, jika ibu salah menilai kehidupan, sangat mungkin sang anak akan tersesat hidupnya.

Ibu hakikatnya adalah orang yang paling tidak rela meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan lemah tidak terurus, tidak terpenuhi kebutuhannya, tidak terbimbing, dan jauh dari petunjuk. Karena ibu yang baik senantiasa takut akan firman Allah SWT yang maknanya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah SWT orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (TQS An-Nisa [4]:9).

Lantas, apa langkah praktis ibu agar mampu menjadi guide (penunjuk jalan) bagi putra putrinya? Berikut beberapa poinnya.

Pahami tanggung jawab ibu terhadap anak sesuai ketentuan Allah SWT yang telah menciptakan ibu dan anak. Ibu juga harus berani menepis paham kebebasan yang jelas-jelas akan membinasakan diri dan keluarganya. Semua ini akan menjadi motivasi yang kuat bagi ibu dalam menghadapi tantangan dan apapun yang terjadi pada sang buah hati kelak.

Belajar mendidik anak secara islami. Konsep pendidikan anak dalam Islam sangat komprehensif. Para ulama telah banyak menggali masalah ini secara detail. Para ibu seharusnya lebih giat dan lebih cerdas mempelajarinya seiring dengan meningkatnya kompleksitas permasalahan yang dihadapi anak.

Berikan perhatian, kasih sayang, waktu dan nasihat. Modal motivasi dan ilmu akan sangat bermanfaat bila senantiasa diaplikasikan kepada anak. Ibu seharusnya tidak boleh acuh. Sebaliknya ibu harus memberi perhatian penuh meski tidak boleh otoriter, ibarat komandan kepada bawahannya. Hukuman tak seharusnya menciptakan persepsi buruk pada anak sehingga melahirkan hal-hal yang kontra produktif.

Jauhi sikap materialistis. Jangan pernah ibu berpikiran bahwa kenikmatan hidup diukur dari seberapa besar ia memiliki harta/materi/ketenaran. Semua itu akan menipu pemiliknya sehingga melupakan Tuhannya.

Bertanggung jawab terhadap lingkungan, berani ber-amar ma’ruf nahi munkar. Jalan menuju surga memang tidak mulus. Lingkungan dan sistem kehidupan yang rusak sering menghalangi niat lurus ibu dan memojokkan anak pada situasi yang sulit. Maka, sebagai bentuk komitmen akan kewajibannya terhadap anak-anak, ibu seharusnya berani menyatakan kebenaran di tengah kerusakan dan berani menentang keburukan.

Meringankan beban dengan melaksanakan kewajiban secara berjama’ah dengan ibu-ibu yang punya komitmen sama. Ini tentu akan menjadi kekuatan yang tidak bisa dipandang rendah, karena tantangan yang dihadapi ibu kian berat. Maka sudah menjadi sunnatullah, bahwa beban tersebut akan lebih ringan jika dipikul bersama. Apalagi Allah SWT telah memerintahkan umat Islam untuk saling menolong dalam kebaikan.

Sebuah keniscayaan, berbagai kemudahan dalam mendidik anak akan terwujud tatkala sistem Islam telah tegak. Oleh karenanya, semoga optimalisasi peran kita sebagai ibu seiring sejalan dengan optimalisasi peran kita dalam ranah politik-sosial kemasyarakatan dalam mewujudkan sistem yang akan memberikan rahmat bagi ibu dan generasi yang dilahirkannya tersebut. sumber

* "Saya Percaya, Semua Anak adalah Juara..."

Kamis, 23 Mei 2013



 Bondan Pattipi selalu muncul di sekolah, terutama saat sebelum bel masuk, jam istirahat, dan jam pulang sekolah. Namun, namanya tidak terdaftar di kelas mana pun di SD YPK Siboru, Fakfak Barat.

Keterbatasannya membuat Bondan tidak sekolah. Suatu waktu, di sela latihan gerak jalan, Mario Surya Ramadhan memiliki kesempatan berinteraksi dengannya. Namun, meski tidak bisa berbicara dan mendengar, Bondan menunjukkan semangat belajar yang tinggi.

Awalnya, Bondan bergerak kikuk karena dia tidak bisa mendengar aba-aba dan instruksi pemimpin barisan. Namun, dalam pertemuan kedua, Bondan justru bergerak sesuai dengan aba-aba dari Mario. Dia fokus pada pengajarnya.

Mario percaya pada teori multiple intelligence, percaya bahwa semua anak adalah juara...



"Hikmah dari Seorang Mono"


Nama lengkapnya Bondan Pattipi, teman-teman biasa memanggilnya Bondan. Bondan kira-kira berusia sebelas tahun, postur tubuhnya atletis dan berisi. Ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Keluarganya bisa dikatakan termasuk kelas menengah ke atas untuk ukuran Kampung Siboru. Saya biasa menumpang menonton televisi dan minum kopi di rumahnya.

Bondan adalah seorang mono, sebutan yang lazim dipakai oleh masyarakat Fakfak untuk seorang tuna wicara. Namanya tidak tercatat di dalam buku absen kelas mana pun di SD YPK Siboru. Bondan sering muncul di sekolah terutama ketika sebelum bel masuk, jam istirahat dan jam pulang sekolah. Kadang ia mengintip dari pintu ketika saya sedang mengajar. Pasti jika dia tinggal di kota besar sudah disekolahkan di SLB oleh orang tuanya.

Bondan memang tidak sekolah tetapi Bondan tidak bodoh. Melihat Bondan saya langsung teringat teori multiple intelligence, yang percaya semua anak adalah juara. Saya menemukan sisi juara Bondan ketika sekolah kami sedang berlatih untuk mengikuti lomba dalam rangka HUT Fakfak. SD YPK Siboru mengirimkan satu tim gerak jalan putra, tujuh pelari putra dan tiga pelari putri.

Suatu ketika saya sedang melatih anak-anak gerak jalan, Bondan menonton di pinggir lapangan. Kebetulan ada anak yang tidak datang latihan, saya memanggil Bondan untuk ikut latihan supaya barisan tidak bolong. Tidak terpintas di benak saya untuk memasukan Bondan ke dalam pasukan gerak jalan. Bondan tidak bisa mendengar aba-aba dan instruksi pemimpin barisan sehingga tidak mungkin bisa menyesuaikan langkah dengan anggota lain, pikir saya. Bondan masih terlihat kikuk dan kurang percaya diri bergabung dengan anak-anak sekolah.

Hari berikutnya, supaya memudahkan anak-anak berjalan dan menyesuaikan dengan medan lomba, kami berlatih di kampung sebelah yang telah memiliki jalan aspal. Ketika saya berjalan ke arah pelabuhan hendak pergi ke pantai sebelah, saya tidak sengaja melihat Bondan dari kejauhan yang sudah di atas perahu bersama bapak dan ibunya, siap untuk pergi memancing. Karena kemarin dia ikut latihan, saya langsung memberi kode melambaikan tangan untuk ikut berlatih gerak jalan bersama anak-anak yang lain.

Bondan langsung lompat dari perahu, berlari menuju rumahnya. Tidak lama Bondan muncul di pelabuhan, sudah memakai sepatu dan membawa tas. Ketika latihan, saya terkejut dengan kemampuan Bondan menjaga irama langkahnya agar serasi dengan teman-teman yang lain. Bahkan, ketika anak-anak yang lain kebingungan menyesuaikan langkah dan kerap salah mengikuti aba-aba “kiri..kiri..kiri-kanan-kiri” yang saya teriakan, Bondan bisa dengan mudah mengatur langkahnya. Ketika anak-anak sibuk mengobrol waktu saya memberikan instruksi dan mencontohkan, Bondan tetap fokus kepada saya. Saya menjadikan Bondan contoh peraga di depan anak-anak yang lain. Anak-anak memberi tepuk tangan ketika Bondan mampu menjalankan instruksi saya.

Keesokan harinya ketika saya datang ke rumahnya, orang tua nya bercerita Bondan senang sekali bisa ikut gerak jalan bersama teman-teman yang lain. Saya memutuskan untuk memasukan Bondan ke dalam tim gerak jalan karena kemampuannya menjaga irama langkah.

Bondan memakai baju olahraga pinjaman ketika hari pelaksanaan lomba. Bondan mampu menyesuaikan diri dengan aba-aba yang terikan pemimpin pasukan. Ia kuat berjalan teratur sejauh 10 km. Pasukan gerak jalan Siboru belum berhasil mendapat juara. Bondan memberi hikmah berharga bagi saya dan anak-anak. Bondan mencontohkan cara patuh dan memperhatikan instruksi dengan baik. Tidak banyak bicara tetapi banyak bekerja. Bukan banyak bicara tetapi ternyata tidak bisa. Mono juga bisa.Sumber
 


*- Kewajiban Berbuat Baik dan Memuliakan Tetangga

Jumat, 20 April 2012


quran-nafsiyah.jpg (200×138)
Allah Swt. berfirman:
]وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ[
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu... (TQS. An-Nisa [4]: 36)
  • Dari Ibnu Umar dan Aisyah, keduanya berkata, Rasulullah saw bersabda:
«مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ»
“Jibril senantiasa berwasiat kepadaku tentang tetangga, hingga aku menduga bahwa jibril akan menjadikannya sebagai ahli waris.” (Mutafaq ‘alaih).
  • Dari Abi Suraih al-Hazali, Rasulullah saw. bersabda:
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ»
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya.” Dalam riwayat Bukhari dikatakan:
«فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ»
“Hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (Mutafaq alaih).
  • Dari Anas ra., Rasulullah saw bersabda:
«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ أَوْ قَالَ ِلأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ»
“Demi Allah, tidak dikatakan beriman seorang hamba hingga ia mencintai tetanga atau saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (HR Muslim).
  • Dari Abdullah bin Amr ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
«خَيْرُ اْلأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ وَخَيْرُ الْجِيرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ»
“Sebaik-baiknya sahabat, di sisi Allah, adalah mereka yang paling baik terhadap sahabatnya. Dan sebaik-baiknya tetangga, di sisi Allah, adalah orang yang paling baik terhadap tetangganya.” (HR. Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya, dan Ahmad, Ad-Darimi, Al-hakim, ia berkata hadits ini shahih memenuhi syarat Muslim)
  • Dari Saad bin Abi Waqash, ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Empat perkara yang termasuk kebahagiaan adalah, wanita shalihah, rumah yang membuat lapang penghuninya, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. (HR. Ibnu Hiban dalam shahihnya dan Imam Ahmad dengan sanad shahih).
  • Dari Naïf bin Al-Harits, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
«مِنْ سَعَادَةِ الْمَرْءِ الْجَارُ الصَّالِحُ وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ»
“Termasuk kebahagianan bagi seseorang adalah tetangga yang baik, kendaraan yang nyaman, dan rumah yang lapang bagi penghuninya. (HR. Ahmad; Al-Mundziri dan Al-Haitsami berkata, perawi hadits ini adalah perawi yang shahih).
  • Dari Abu Dzar, ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
«يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ»
“Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak sayur, maka perbanyaklah airnya dan perhatikanlah tetanggamu.” (HR. Muslim)
  • Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
«يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ»
“Wahai wanita-wanita muslimah, seorang tetangga tidak boleh menyepelekan tetangga yang lainnya meskipun mereka  membunuh kambing.” (Mutafaq ‘alaih)
  • Dari Aisyah ra., ia berkata: Aku berkata wahai Rasulullah saw., aku mempunyai dua tetangga, kepada yang manakah dari keduanya aku harus memberikan hadiah. Rasulullah saw. bersabda:
«إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا»
“Kepada yang paling dekat pintunya denganmu.” (HR. Bukhari)
(dari Kitab Min Muqawwimat an-Nafsiyyah al-Islamiyyah diterbitkan oleh Hizbut Tahrir)

Memahami Celoteh Anak Anda

Kamis, 01 Maret 2012

Kemampuan buah hati Anda berbahasa merupakan kebutuhan dasarnya, bahkan sejak hari pertama ia dilahirkan. Dengan berjalannya waktu, secara bertahap ia akan belajar lebih banyak tentang bagaimana mengomunikasikan keinginan dan kebutuhannya kepada orang lain, termasuk Anda sebagai orangtuanya. Berikut tahapan perkembangan kemampuan berkomunikasi seorang anak.

Usia bayi hingga 2 tahun

Bayi baru lahir hingga usia 3 bulanan umumnya menggumamkan jenis dan tinggi suara yang berbeda. Menggumam dan mengeluarkan suara-suara lembut membuat bayi mendapatkan perhatian dari lingkungannya dan ini membuatnya merasa aman dan nyaman.

Jangan pernah berpikir kita tak bisa banyak bicara kepada anak usia ini. Begitu mereka mulai menangkap ada hal-hal berbeda terhadap apa pun yang Anda lakukan, verbalisasikan aksi tersebut. Contohnya, “Yuk, sekarang kita ganti popok dulu.” Atau “Mama mau matikan lampu kamarmu, ya.”

Mungkin Anda merasa begitu bodoh mengucapkan kalimat-kalimat semacam ini pada Si Kecil, tapi percayalah ia senang mendengar suara Anda. Ia juga akan berkomunikasi dengan Anda melalu aksinya, entah itu menangis, tersenyum ataupun berceloteh.

Ketika Si Kecil mendekati usia setahun, mereka mampu menirukan ekspresi yang dilihatnya dari orang-orang terdekatnya. Ia pun mulai mengasosiasikan bahasa tubuh secara sederhana lewat “kata-kata”. Entah dengan menggeliat untuk mengatakan “hai”, serta memberi respons yang pasti terhadap bentuk-bentuk penolakan.

Menjelang usia 2 tahun, Si Kecil kelihatannya mulai menganggap bahwa nama dirinya adalah “tidak” karena seringnya ia mengatakan “tidak” alias menunjukkan sikap pembangkangan.

Anda mungkin juga jadi berpikir bahwa kata itulah satu-satunya yang tersisa dalam kamusnya. Ini normal, kok. Anak dalam kisaran usia ini mampu mengucapkan 6-20 kata, meski mereka sebetulnya bisa mengerti lebih banyak.

Mereka mulai belajar menyusun kalimat-kalimat sederhana dan memberi respon secara benar terhadap pertanyaan-pertanyaan simpel yang dilontarkan kepadanya, seperti “Ini apa, Sayang?”

Usia 3-5 tahun

Di rentang usia ini terjadi perkembangan bahasa yang relatif cepat. Anak mulai bisa menggabungkan kata-kata yang mirip menjadi sebuah kalimat sederhana untuk menceritakan kembali sebuah cerita.

Pada umur 3 tahun Si Kecil akan mampu mengikuti arah yang dimaksud, misalnya kiri dan kanan. dan atau mengulang 1-2 baris dongeng kesukaannya.


Di usia 4-5 tahun, anak mulai mampu bercerita meski mungkin masih bingung menempatkan keterangan soal waktu, seperti besok, sekarang dan kemarin. Anak akan mengombinasikan ide-ide yang berbeda ke dalam satu kalimat, tertarik mendengarkan cerita yang agak panjang, serta mampu mengikuti arah sesuai yang diminta.

Dalam percakapan, ia pun bisa menggunakan kata-kata yang menggambarkan hubungan sebab-akibat. Selain mampu menggunakan kata-kata seperti “mungkin” ataupun “seharusnya”.


Usia 6-9 tahun
Anak di rentang usia ini sangat ingin menghibur Anda dengan cerita-cerita mereka. Mereka memiliki imajinasi yang aktif dan kemampuan menambahkan unsur drama melalui aksi dan ekspresinya. Mereka gemar tertawa dan hobi membuat orang lain tertawa. Itulah mengapa lelucon menjadi salah satu bentuk hiburan yang mereka gemari.

Perbendaharaan kata mereka pun akan berkembang sejalan dengan kemampuan membaca. Bahkan untuk mengetahui betapa luasnya kosakata mereka, Anda mungkin harus mulai rajin-rajin membuka kamus bila ingin nyambung saat ngobrol dengannya.


Usia 10-12 tahun
Anak pada rentang usia ini sudah mampu belajar bagaimana seninya bercakap-cakap. Mereka punya cukup pengetahuan tentang dunia sekitar dan kosakata yang luas untuk menikmati percakapan yang menyenangkan dengan Anda. Jadi bukan hanya sebatas menyelesaikan tugas di sekolah.

Tak heran kalau waktu makan malam merupakan kesempatan*yang sangat istimewa untuk menikmati perbicangan yang menyenangkan dengan ananda. Anda bisa memancing perbincangan dengan menanyakan hal-hal yang dialaminya sepanjang hari tadi.

Akan tetapi anak usia ini umumnya cenderung bermasalah dengan perilakunya yang kurang sopan dalam bertutur, semisal omong kasar atau bicara ketus. Meskipun Anda jadi bingung dibuatnya dan kadang terpancing marah, cobalah cari tahu ada apa di balik perilaku kurang sopan tadi.

Sangat mungkin hal tersebut muncul kala anak memiliki emosi yang kuat namun tak bisa mengekspresikannya secara wajar. Untuk memintanya agar tidak melakukan kekurangajaran semacam itu, tunggulah sampai ia tenang.

Gunakan strategi pesan diri (I-message ) untuk mengatakan pada buah hati Anda bagaimana kata-kata kasarnya membuat Anda merasa tersinggung. Kemudian mintalah ia untuk memosisikan dirinya jika diperlakukan seperti itu. Selanjutnya barulah tanyakan apa yang bisa ia lakukan sebagai penggantinya. Tawarkan sejumlah saran kemudian setujui satu solusi terbaik.
(sydh/tn)

Anak Adalah Anugrah

Mendidik anak adalah sebuah seni yang menarik namun sangat memerlukan ilmu. Paduan yang pas dan seimbang antara ilmu, logika dan perasaan, akan menghasilkan keteladanan dan panutan bagi sang anak. Hal tersebut juga akan turut menentukan kualitas pertumbuhan, kesehatan,serta kecerdasan mental atapun spiritual bagi sang buah hati.

Tugas orang tua pada intinya adalah mengenalkan anak agar mengerti tujuan hidupnya yaitu beribadah hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Penghambaan diri itu dapat dilakukan melalui berbagai aktifitas kehidupan. Katakan dengan bahasa yang mereka mengerti dan sesuai dengan umur mereka, bahwa pengakhiran sebuah kegiatan, kerja, ataupun aktifitas lain, dilakukan hanya untuk Ridho Allah semata. Dan seiring waktu, ketika anak tumbuh dewasa, hal ini menjadikan anak tidak lagi gamang menatap kehidupan, dimanapun, kapanpun, dan berpartner dengan siapapun. Dia tak akan merasa rugi karena nilai mutlak sebuah pengabdian kepada Allah adalah selalu berintikan kepada kebaikan. Ketika seorang anak dapat sedikit demi sedikit memahami hal itu, maka tidak ada lain, kecuali dia akan mengarahkan dirinya menjadi orang baik, dalam susah maupun senangnya kehidupan.


Keimanan juga menciptakan pribadi anak menjadi sosok yang mandiri. Betapa tidak, keimanan membuatnya tidak lagi bergantung kepada makhluk melainkan hanya Sang Penciptanya. Dengan penuh kesyukuran dia akan selalu menggali potensi diri dan percaya bahwa dia mampu, walau saat melangkah sendiri bersama tuhannya.

Tak perlu dengan bentakan, tak perlu dengan kekerasan. Anak hanyalah makluk yang belum tahu dan butuh proses untuk tahu. Memang perlu waktu dan kesabaran untuk memberi tahu. Masihkah kita ingat ketika kita dulu kanak- kanak, dan kehidupan sangat belum terisi dengan pengertian tentang keadaan. Ya, seperti itulah keadaan mereka sekarang. Maka percuma memahamkan mereka dengan kekerasan dan dan atau bentakan. Hal itu justru akan membangun karakter keras dan pemberontak dalam diri anak. Mengapa begitu? karena sejatinya anak hanyalah seperti spons kering yang menyerap semua yang mereka lihat dan dengar dengan kemampuan ilmu dan pengalaman yang minim sebagai penyaringnya.

Maka bahasakan perhatian kepada anugrah anda tersebut dengan bahasa kasih sayang. lewat bahasa kasih sayang pada akhirnya dia juga akan belajar perduli dengan sekitarnya. Lewat kasih sayang mereka belajar, simpati, empati, dan atau belajar melakukan atau menghindari pekerjaan berikut dengan pemahaman konsekuensi dari semua itu.

Apapun keinginan dan cita- cita anda atasnya ungkapkan dengan kasih sayang. Karena tidak ada ke khas an dari sebuah kasih sayang kecuali hanya kebaikan. Kasih sayang bukan berarti tuntutan,walau kita sangat menginginkan. Kasih sayang bukan berarti menyakiti, walau kita kadang harus memberikan sedikit interupsi. Kasih sayang memahamkan anak atas akibat dari sebuah situasi tanpa harus menakuti untuk terlibat didalamnya. Kalau sudah begini, anak akan mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan dan percaya diri dalam menentukan langkah hidupnya.
Kasih sayang bukan berarti selalu melindunginya dari tantangan. Kasih sayang justru menyadarkan anak agar belajar untuk memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya tanpa bantuan orang lain.

Kemadirianpun selanjutnya insyaallah akan terbentuk sebagai kepribadiannya. Dia tidak mudah untuk bergantung kepada makhluk, bahkan kalau bisa dia yang mengharuskan diri untuk menolong sesamanya.

Benar- benar seorang anak adalah anugrah maka jagalah. Kehadirannya mengubah hidup kita menjadi lebih berarti. Dia datang menawarkan hari- hari baru yang lebih indah. Karena kehadirannya, kita juga belajar arti tanggung jawab sebagai orang tua. syukurilah dengan menjaganya baik- baik.
Maka jangan salah dalam berinfestasi, dialah yang akan membawa keuntungan dan kebahagiaan untuk kita, bahkan saat kita telah tiada. Kenali dan akrabi karunia anda tersebut sehingga Allah benar- benar melihat bahwa anda sedang dan memang pandai berterima kasih.

Dialah yang mengangkat tangannya untuk mendoakan kita saat kita telah tiada. dengan bahasanya yang apa adanya, dia memohonkan keampunan atas semua dosa- dosa kita bahkan saat cambuk malaikat mengenai kulit kita.

Lihatlah diluaran sana, banyak sekali manusia yang memegang takdirnya untuk tidak bisa memiliki anak, bahkan walaupun hanya seorang. Mungkin dengan mudah Allah bisa mengganti peran mereka dengan anda, namun betapa Allah sangat mengasihi anda, dia berikan kebahagiaan anda lewat kehadiran tawa si kecil di rumah dan ruang hati anda.

Anak adalah kertas putih yang siap untuk anda torehkan catatan atau apapun didalamnya. Maka tuliskanlah yang baik- baik, sehingga ketika setelah bertahun- tahun catatan tersebut dibuka, maka anda akan tetap terkenang sebagai orang tua yang baik.

Bila anda menjumpai kenyataan takdir bahwa sampai sekarang Allah belum berkenan memberikan seorang anak keturunan darah daging anda, hendaknya ingatlah kisah Nabi Zakaria a.s. Kisah beliau tentunya akan menjadi motivator untuk terus berusaha dan berdoa. Apakah beliau bersedih saat itu? Bahkan nabi zakaria pun sempat Nabi Zakaria a.s. berkeluh kesah kepada Alloh tentang dirinya yang tidak mempunyai keturunan.Beliau pesimis karena usianya sudah lanjut,tetapi yang membuat beliau istimewa adalah beliau tidak berputus asa dan terus berdoa hingga kemudian Allah menunjukkan kebesarannya dan menghadirkan seorang anak,seperti yang tertulis dalam Alquran surat Maryam:3-9.
Berbesar hatilah dengan senyum dan pikiran bahwa tak semua hal berjalan sesuai dengan yang kita kehendaki,bila ikhtiar dan doa telah dilakukan namun belum juga membuahkan hasil,pasrahkan saja kepada Alloh.KIta mengakui Allah sebagai Robb satu- satunya di jagad raya ini, maka kitapun harus percaya bahwa sangatlah mudah bagi Allah bila menghendaki saat ini kita langsung punya keturunan. Percayalah, Allah punya rahasia dan skenario tersendiri atas kita, yang mungkin dengan bahasa naturalnya manusia, kita tak akan mungkin paham atasnya. Namun satu hal yang pasti, Dia adalah yang maha berkasih sayang, yang tentunya tak akan mungkin mendholimi kita dengan semua kehendaknya.
Tetaplah positif memandang hidup, jangan sampai keinginan mulia kita untuk memiliki anak dan merawatnya malah mengubah kita menjadi jahat karena sampai sekarang keinginan kita tersebut belum dipenuhi oleh Allah. Kita ambil saja hikmahnya,kita menjadi lebih dekat kepadaNya,menjadi lebih rajin beribadah.
Percayalah, bahwa Allah Maha Menyayangi hambanya, suatu hari kita akan mengerti maksud Allah meletakkan kita pada situasi sekarang. Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan doa Hambanya. Selama kita berdoa insyaAlloh kita akan selalu diberi kebaikan dan keuntungan serta diampuni dosa-dosa kita oleh Alloh.

Sekali lagi, skenario Allah Atas apapun yang menimpa kita adalah selalu cantik adanya. Prasangka baik kepadaNya tidak lain hanyalah memberi kebaikan.

Dan untuk anda yang telah dianugrahi anak- anak, didiklah anugrah Allah tersebut sebaik- baiknya. Titipan bisa diambilNya kapan saja, sekarang siang.. siapa tahu nanti sore kita tidak bisa menemuinya lagi. Maka, tunggu apa lagi. Berikan kasih sayang yang terbaik dari anda selalu, untuk anak- anak anda.

(Syahidah)

Rasulullah Mendengar Suara Langkah Bilal di Surga

Sabtu, 21 Agustus 2010

Rasulullah mempunyai banyak sahabat yang turut serta dalam perjuangan menegakkan syariah Islam. Mereka bersama-sama dalam suka maupun duka. Para sahabat itu tak hanya berasal dari kalangan suku-suku Arab.

Mereka juga datang dari kalangan non-Arab, seperti halnya Bilal bin Rabah. Sebagai mana keturunan Afrika, Bilal memiliki postur tinggi, kurus, dan warna kulit hitam. Dia memiliki nama lengkap Bilal bin Rabah Al-Habasyi. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan digelari Muadzdzin Ar-Rasul. Habasyah merupakan Ethiopia saat ini.

Ibunya adalah sahaya milik Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumuh. Bilal menjadi budak mereka, hingga akhirnya ia mendengar tentang Islam. Tanpa ada keraguan, ia menemui Nabi dan mengikrarkan diri masuk Islam.

Umayyah bin Khalaf pernah menyiksanya dan membiarkannya di tengah gurun pasir selama beberapa hari. Di perutnya diikat sebuah batu besar dan lehernya diikat dengan tali. Lalu, orang-orang kafir menyuruh anak-anak mereka untuk menyeretnya di antara perbukitan Makkah.

Meski disiksa, keimanan Bilal tak pernah luntur. Saat dijemur di panas terik padang pasir, Bilal selalu mengucapkan ''Ahad-Ahad'' dan menolak mengucapkan kata kufur. Abu Bakar lalu memerdekakannya. Saat itu Umar bin Khattab berujar,''Abu Bakar adalah seorang pemimpin (sayyid) kami, dan dia telah memerdekakan seorang pemimpin (sayyid) kami.''

Setelah hijrah, adzan disyariatkan. Lalu Bilal mengumandangkan adzan. Ia adalah muadzin pertama dalam Islam, karena ia memiliki suara yang bagus. Pada saat pembebasan kota Makkah, Rasulullah menyuruh Bilal untuk mengumandangkan adzan di belakang Ka'bah.

Adzan itu adalah adzan yang pertama dikumandangkan di Makkah. Pasca wafatnya Rasulullah, ia menolak untuk menjadi muadzdzin lagi karena tak sanggup menyebut nama Rasulullah dalam adzannya. Usai wafatnya Nabi, bahkan dia hanya sanggup melantunkan adzan selama tiga hari. Itu pun disertai tangisannya tatkala mengucapkan nama Rasulullah dalam adzan.

Ia juga pernah menjabat sebagai bendahara Rasulullah di Bait Al-Mal. Ia tidak pernah absen mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah. Tentang Bilal, Rasulullah SAW mengatakan,''Bilal adalah seorang penunggang kuda yang hebat dari kalangan Habasyah.'' (Hadits Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan Ibn Asakir)

Suatu ketika, selesai sholat Subuh, Rasulullah pernah bertanya kepada Bilal, ''Wahai Bilal, ceritakan kepadaku tentang amalan yang paling bermanfaat yang telah kamu lakukan setelah memeluk Islam. Karena semalam aku mendengar suara langkahmu di depanku di surga.''

Bilal menjawab, ''Aku tidak pernah melakukan suatu amalan yang paling bermanfaat setelah memeluk Islam selain aku selalu berwudhu dengan sempurna pada setiap malam dan siang, kemudian melakukan sholat sunat dengan wudhu itu sebanyak yang Allah kehendaki.'' (Hadist riwayat Abu Hurairah ra). Republika.co.id

Menanam Kebaikan

Sabtu, 27 Maret 2010

Setiap orang punya cara tersendiri untuk menanam kebaikan . Begitu pula dengan Pak Saroji. Pensiunan guru itu hidup sederhana dengan isterinya. Tiga orang anaknya sudah berkeluarga, dan tinggal terpisah di luar kota.

Uang pensiunan Pak Saroji tidak besar. Jadi ia tak mampu menyumbang uang ke panti asuhan. Pak Saroji juga tak kuat membantu membangun rumah ibadah, karena ia sakit-sakitan. Tapi tentu masih banyak cara untuk berbuat baik, begitu pikir Pak Saroji.
Pak Saroji lalu merencakan sesuatu. Ia tak ingin hanya berdiam diri. Suatu hari sepulang dari mengambil uang pensiun, ia membawa sekeranjang rambutan. Merah warna kulitnya, ranum, dan pasti manis rasanya!

“Banyak sekali, Pak? Untuk siapa?” sambut Ibu Saroji penasaran.
“Ya, untuk kita berdua!” jawab Pak Saroji sambil tersenyum.
“Seminggu tidak bakal habis. Mana gigi sudah tidak utuh lagi!” lanjut Bu Saroji.
“Gampang!”
“Lo? Maksud Bapak?”
“Panggil saja anak-anak tetangga itu. Kita undang mereka untuk makan rambutan. Apa salahnya? Selama ini pasti mereka anggap kita ini suami-isteri cerewet. Karena banyak melarang dan mengomeli apa saja yang mereka kerjakan!”
Bu Saroji tak ingin lagi membantah. Ia tahu, suaminya pasti punya rencana baik.

Siang itu setelah makan bersama isterinya, Pak Saroji membawa semua rambutan itu ke teras rumah. Ia lalu memanggil anak-anak tetangga satu persatu. Umur mereka antara 10 hingga 15 tahun.
“Kalian tentu suka buah rambutan?” tanya Pak Saroji spontan.
“Tentu, Kek! Wah mimpi apa nih kok tiba-tiba Kakek berbaik hati dengan mengundang pesta rambutan!” celetuk Rusli sambil tertawa kegirangan.
Disanjung begitu Pak Saroji mengangguk-angguk. “Sudahlah, tak usah banyak bicara. Ayo kita sikat rambutan ini rame-rame!”

Tanpa diperintah dua kali, Abid, Didi dan Sastri berebut cepat memilih butiran yang merah tua dan besar. Anak-anak lahap makan buah segar itu. Sesekali mereka berceloteh dan saling ledek. Lalu pecah tawa ria, yang diikuti senyum cerah Pak Saroji. Bu Saroji keluar membawa baki berisi 6 gelas es sirup.
“Manis, Nak?” tanya Bu Saroji sambil berusaha menyembunyikan rasa penasaran.
“Wah, sering-sering Nek bikin pesta kejutan begini. Asyik, lo!” ujar Mira.
“Boleh juga! Tapi ada syaratnya!” jawab Pak Saroji serius.

Dipandanginya mata satu per satu anak-anak yang duduk di lantai teras rumahnya. Serentak anak-anak berhenti mengunyah. Mereka menerka-nerka dalam hati apakah ini semacam jebakan?
“Syarat, Kek?” gumam Didi sambil meringis.
“Gampang kok syaratnya. Jika kalian makan 10 butir rambutan, berarti ada 10 biji rambutan. Pesta buah bulan depan kita lanjutkan jika kalian bersedia mencari biji buah sebanyak yang kalian makan. Cari dimana saja, lalu serahkan pada Kakek!”

Anak-anak tercengang. Ada perasaan menyesal setelah makan banyak-banyak. Tiap anak rata-rata makan 25 butir rambutan. Tapi sesaat kemudian mereka kembali tertawa-tawa. Tidak sulit mencari biji rambutan, berapapun banyaknya. Bukankah sekarang lagi musim rambutan?

Bulan berikutnya Pak Saroji tidak ingkar janji. Sekeranjang buah salak ditenteng pulang. Anak-anak sudah menunggu. Kali ini 9 orang anak sudah berkumpul tanpa diundang. Mereka sudah tahu syaratnya.

Cuma yang agak mengagetkan Pak Saroji ganti membawa buah salak.
“Siap menerima tantangan?” tanya Pak Saroji meniru iklan di televisi.
Anak-anak jelas tertantang. Salak pondoh itu pasti manis sekali. Legit dan harum. Mereka mau saja memenuhi syarat yang telah disepakati. Maka begitulah berturut-turut. Setiap bulan Pak Saroji menyisihkan uang pensiunnya untuk membeli buah-buahan berbiji.

Sepetak tanah di belakang rumah Pak Saroji telah disiapkan untuk membuat persemaian. Biji buah yang disebarkan, ada pula yang ditanam di dalam polibek. Tanah dipupuk, dipetak-petak, dan diberi catatan penanaman. Seperti petugas pertanian. Ya, Pak Saroji sedang menyiapkan bibit buah-buahan. Tak sulit pula mengajak anak-anak membantu.

“Nah, anak-anak bulan ini pesta buah berahir. Kini kegiatan kita menguji ketahanan kaki dan tubuh!” bujuk Pak Saroji kepada anak-anak yang terlihat agak kecewa.
“Untuk apa, Kek? Menanam bibit?” tanya Rusli.
“Tepat sekali!” ujarnya sambil mengelus kepala anak-anak yang ada di dekatnya. “Nenek sudah menyiapkan makan siang dengan goreng ikan mas, sayur lodeh, sambal terasi, dan minuman kelapa muda. Nanti kalau kita sudah sampai ke ujung desa.”

Anak-anak sudah menyiapkan cangkul. Lima belas orang anak kini. Cukup banyak untuk mewujudkan cita-citanya. Pak Saroji tidak punya kebun, atau pekarangan yang luas. Jadi, bibit-bibit itu ditanam di kebun orang. Di pinggir pekarangan, di pematang, tepian sungai, dan tentu juga di lereng perbukitan belakang desa. Pak Saroji telah minta izin kepada pemilik lahan. Kegiatan itu dilakukan tiap hari minggu sampai semua benih dan bibit disebarkan. Anak-anak ternyata menikmati acara ini, sebab mereka dapat berpesta masakan Bu Saroji yang dikenal sangat lezat!

Begitulah cara Pak Saroji berusaha menanam kebaikan. Ia tidak mengharapkan imbalan dan pujian. Orang-orang kagum akan keluhuran budi Pak Saroji.

Kelak jika desa itu menghijau dengan pohon buah-buahan, panen melimpah, dan nama desa menjadi terkenal, orang tentu tak lupa akan Pak Saroji. Sayangnya orang seperti Pak Saroji ternyata tidak banyak.


Bookmark and Share

Nilai Persahabatan

Minggu, 21 Maret 2010

Suatu hari, Nabiyullah Isa AS melakukan perjalanan dengan seorang temannya. Mereka hanya berbekal tiga potong roti. Ketika sampai di suatu tempat, mereka berdua beristirahat.
“Bawa roti itu kemari,” kata Nabi Isa AS kepada temannya.
Lelaki itu memberikan dua potong roti.
“Mana yang sepotong lagi?” tanya nabi Isa.
“Aku tidak tahu.”
Setelah masing-masing makan sepotong roti, keduanya kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai ke tepi laut. Nabiyullah Isa menggelar sajadahnya di atas laut, mereka berdua lalu berlayar ke seberang.

“Demi Allah yang telah memperlihatkan mukjizat ini kepadamu, siapakah yang telah makan sepotong roti itu?” tanya Nabi Isa kepada temannya.”Aku tidak tahu.”
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan. Di tengah jalan mereka melihat seekor kijang. Setelah dipanggil, kijang itu pun datang menghampiri beliau. Beliau lalu menyembelih, memanggang dan memakannya. Sehabis makan, Nabi Isa berkata kepada tulang-tulang kijang, “Berkumpullah kamu.” Tulang-tulang itu pun berkumpul. Beliau lalu berkata, “Dengan izin Allah, jadilah kalian seperti semula.” Tulang-tulang itu segera bangkit dan berubah menjadi kijang.”Demi Allah yang telah memperlihatkan mukjizat ini kepadamu, siapakah yang telah makan sepotong roti itu?” tanya Nabi Isa AS.”Aku tidak tahu,” jawab temannya.

Nabiyullah Isa bersama temannya kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai pada sebuah tempat. Mereka duduk beristirahat. Nabiyullah Isa memungut tiga bongkahan batu.
“Dengan izin Allah, jadilah emas,” kata Nabi Isa AS.
Batu itu pun segera berubah menjadi emas.
“Ini untukku, yang ini untukmu dan yang satu lagi untuk orang yang telah makan sepotong roti itu,” kata Nabiyullah Isa:
“Akulah yang telah makan roti itu,” kata temannya.
“Ambillah semua emas ini, aku tak mau berteman dengan pendusta,” kata beliau sambil meninggalkan temannya.

Lelaki tadi lalu duduk di dekat emasnya. Ia tidak mampu membawa ketiga-tiganya, tetapi juga tidak rela meninggalkan sebagian darinya. Ketika ia sedang memikirkan cara membawa ketiga bongkahan emas itu, datanglah dua orang lelaki. Melihat keindahan emas itu, timbul keinginan di hati kedua orang itu untuk memilikinya.
“Kalian tidak pantas mengambil milikku dan kalian sama sekali tidak akan mendapatkan bagian,” kata pemilik emas.

Melihat mereka berdua hendak membunuhnya, ia segera berkata, “Emas ini kita bagi saja, satu untukku dan sisanya untuk kalian berdua.”Mereka pun rela dengan pembagian itu.
“Ambillah secuil dari bongkahan emas ini, pergilah beli makanan,” kata pendatang kepada pemilik emas.
Setelah mengambil secuil emas, ia lalu pergi membeli makanan untuk mereka bertiga.
“Untuk apa aku membagi emas itu dengan mereka berdua, emas itu kan milikku,” pikir si pemilik emas. Timbullah niat untuk meracuni makanan.
“Jika mereka berdua mati, emas itu akan jatuh ke tanganku lagi,” pikir si pemilik emas.

Ia lalu membeli racun yang paling ganas, siapa pun yang memakannya pasti akan mati seketika. Racun itu lalu ia taburkan di atas makanan mereka.
Kedua pendatang tadi juga mempunyai rencana, “Mengapa kita harus memberi dia. Jika telah kembali, kita bunuh saja dia. Emas itu semua akan menjadi menjadi milik kita berdua.”
Mereka berdua kemudian membunuh si pemilik emas. Dan dengan perasaan senang karena
mendapat emas lebih banyak, kedua lelaki itu kemudian menyantap dengan lahap makanan yang baru saja dibeli.

Beberapa tahun kemudian Nabi Isa bersama kaumnya melewati tempat itu. Mereka melihat tiga bongkahan emas dan tiga kerangka manusia.
“Lihatlah bagaimana dunia memperlakukan mereka,” kata Nabi Isa AS kepada kaumnya.
Beliau kemudian berdiri di depan emas dan berkata, “Jadilah seperti asalmu.” Emas itu pun kembali menjadi batu.

Bookmark and Share

Renungan: TERNYATA...Kita Sering MENDZALIMI Anak Kita Astaghfirullahal'azhim…..

Kamis, 11 Maret 2010

Seperti biasa Rudi, kepala cabang di perusahaan swasta terkenal terkemuka di jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Ticak seperti biasanya, Imron putra pertamanya yang baru duduk di kelas 2 SD membukakan pintu.
la nampaknya cukup lama menunggu.

“Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imran
menijawab, "Aku menunggu ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa gaji Ayah?"

“Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lag! ya?" tanya Rudi. "Ah, enggak. Pengen tahu aja yah". "Oke, kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000 dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi gaji Ayah satu bulan berapa?"

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepaskan sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya, "Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000 untuk 10 jam, berarti satu jam ayah dibayar Rp 40.000
dong," katanya

"Wah pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok" perintah Rudi. Tetapi Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, "Ayah aku boleh pinjam uang Rp 5.000 nggak?"
"Sudah nggak usah macem-macem lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah!" "Tapi, Ayah..."
Kesabaran Rudi habis. "Ayah bilang tidur !l" hardiknya mengejutkan Imron.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. la pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak.kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000 di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, "Maafkanlah Ayah, nak. Ayah sayang Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besokkan bisa jangankan Rp 5.000, lebih dari itupun ayah kasih."
"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini"

"lya, iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.
"Aku menunggu ayah dari jam 8. aku mau ajak ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000. Tapi karena Ayah bilang satu jam ayah dibayar Rp 40.000, maka setengah jam harus Rp 20.000. Duitku kurang Rp 5.000. Makanya aku pinjam dari Ayah," kata Imron polos.

Rudi terdiam. la kehilangan kata-kata. Dlpeluknya bocah kecil itu erat-erat.

Bookmark and Share

Rasulullah dan Pengemis Yahudi Buta

Sabtu, 27 Februari 2010

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata “Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya”.

Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, “anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan”, Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, “Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja”. “Apakah Itu?”, tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana”, kata Aisyah r.ha.

Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, “siapakah kamu ?”. Abubakar r.a menjawab, “aku orang yang biasa”. “Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri”, pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…. Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a

Bookmark and Share

Qabil dan Habil

Selasa, 09 Februari 2010

Qabil dan Habil, keduanya adalah putra Adam as. Al-Qur’an mengisahkan keduanya agar menjadi i’tibar dan hikmah orang-orang mu’min. Qabil adalah seorang yang bermental buruk, selalu melakukan keburukan, dosa, tamak dan menentang kebenaran. Habil adalah saudaranya, seorang yang saleh, taqwa dan selalu berbuat kebenaran.

Di antara keduanya sering timbul perselisihan. Habil selalu mempertahankan kebenaran, sedang Qabil selalu menentangnya. Perselisihan antara keduanya sering terjadi hingga akhirnya sampai ke suatu titik kritis, yakni peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil terhadap adiknya, Habil. Di antara sebab perselisihan mereka ada dua pendapat: Pertama, Habil adalah seorang peternak yang mempunyai ternak kambing, sedangkan Qabil adalah seorang petani yang memiliki tanaman pertanian. Masing-masing melakukan kurban dengan mengeluarkan harta yang dimiliki mereka masing-masing. Habil memilih seekor domba yang paling baik untuk dijadikan kurban, sedangkan Qabil memilih gandum yang terburuk dari hasil pertaniannya untuk berkurban. Kemudian keduanya menyerahkan harta kurban masing-masing kepada Allah. Tiba-tiba turunlah api dari langit yang membakar kurban Habil dan membiarkan kurban Qabil.

Setelah Qabil mengetahui Allah menerima kurban saudaranya dan tidak menerima harta kurbannya, timbullah rasa dengki yang kemudian membunuh adik kandungnya itu. Kedua, dikisahkan bahwa Nabi Adam as mempunyai anak yang masing-masing dilahirkan oleh istrinya kembar dua, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Yang pertama, Qabil dengan saudari kembarnya perempuan, yang kedua Habil dengan saudari kembarnya. Adam ingin menjodohkan masing-masing anaknya secara bersilang. Qabil dengan saudari kembar Habil, dan Habil dengan saudari kembar Qabil. Kebetulan, saudari kembar Qabil adalah wanita cantik sehingga ketika Adam akan mengawinkannya dengan Habil, Qabil menolak dan menantang ayahnya dan berkata, `Saya lebih berhak memperistri saudari kembarku, sedangkan Habil lebih berhak memperistri saudari kembarnya. Bukanlah hal yang bersilang ini tidak lain hanyalah pendapatmu belaka!”

Kemudian Adam memerintahkan kedua anak laki-lakinya melakukan kurban. Barang siapa yang kurbannya diterima akan dijodohkan dengan anak yang cantik (saudari kembar Qabil) itu. Ternyata, yang diterima Allah adalah qurban Habil. Turunlah api dari langit menyambar dan menelan kurban Habil, dan akhirnya timbullah rasa dengki terhadap adiknya, yang kemudian terjadi pembunuhan. “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), `Aku pasti membunuhmu.’ Berkata Habil, `Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu, aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan demikian itulah pembalasan bagi orang-orang zhalim.’ Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah. Maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.” Qs. al-Maidah : 27-30

Perkataan takwa yang diucapkan Habil ketika berdialog dengan Qabil, sebenarnya sangat tepat untuk mengingatkan dirinya atau Qabil yang ingin melakukan kejahatan itu. Namun, Qabil bukanlah ahli takwa. Karenanya, Allah tidak menerima kurbannya karena kedengkian yang meliputi hatinya memuncak dan menimbulkan suatu keinginan keras untuk membunuh adiknya. Kemudian kita berdalih kepada firman Allah yang mengisahkan ucapan saudara teraniaya (Habil) ketika mengatakan, `Sesungguhnya kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan seru sekalian alam.’ Dari sini kita tahu kemuliaan mentalitas Habil yang penuh takwa dan kebaikan. Mental Habil untuk menolak untuk membalas kejahatan yang akan dilakukan kepadanya, karena pembunuhan benar-benar tidak cocok dengan sifat mentalnya. Ia benar-benar takut kepada Allah Rabbu’l-Alamin.

Barang siapa takut kepada Allah tidak akan berbuat zhalim terhadap seseorang. Rasa takut kepada Allah merupakan benteng yang kuat untuk mencegah perbuatan salah dan dosa di dunia ini. Karenanya, jika para pendidik dan penegak kebenaran mengerti tentang fungsi takwa ini, tentu mereka akan beramal dan takut bermaksiat kepada Allah, dan akan tercapailah masyarakat yang kokoh, kuat dan penuh kedamaian. Tetapi, Qabil yang dapat dikuasai oleh cengkeraman kemaksiatan, rapuhlah perrtahanan dirinya terhadap gelora nafsu jahatnya.

“Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang rugi.” (Qs.5:30)

Pertentangan sengit itu, hakekatnya tidak terjadi pada diri Qabil dan Habil. Tetapi pertentangan sengit yang sebenarnya terjadi antara Qabil dan hawa nafsunya, atau antara Qabil dengan kemauan jahatnya. Dalam keadaan demikian, mestinya Qabil harus bertahan mengekang keliaran nafsunya untuk meloloskan diri dari cengkeraman nafsu jahat itu. Namun, Qabil itu lemah dalam menghadapi kelemahan dirinya dan keliaran nafsunya, sehingga ia dapat dijerumuskan nafsu jahatnya untuk membunuh saudaranya. Demikian itulah jenis dengki yang amat ganas. Hasad, adalah perbuatan dosa kepada Allah yang pertama terjadi di langit dan bumi. Di langit, perbuatan hasad dilakukan oleh Qabil terhadap Habil.

Pelajaran dari Burung Gagak Setelah Qabil membunuh saudaranya ia mendiamkan begitu saja mayat adiknya karena tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Kemudian Allah mengutus dua ekor burung gagak, keduanya berkelahi hingga akhirnya terbunuhlah salah satu di antaranya. Gagak yang masih hidup kemudian melobangi tanah dengan paruh dan kakinya. Setelah selesai, dilemparkannya gagak yang sudah mati itu ke dalam lobang dan ditimbun dengan tanah. Ketika Qabil melihat gagak mengubur seekor gagak yang dibunuhnya, tersentuhlah hatinya. Ia tidak merasa lega hatinya kalau dirinya kalah dengan seekor gagak dalam masalah kebaikan.

Maka, dikuburkanlah saudaranya ke dalam tanah kemudian ia menyesali perbuatannya seraya berkata, `Kenapa diriku ini hanya memiliki lebih sedikit penghormatan kepada yang lain dibandingkan dengan seekor gagak.’ Inilah maksud dari firman Allah tersebut berikut ini, “Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil, `Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?’ Karena itu jadilah ia seorang di antara orang-orang yang menyesal.” Qs. al-Maidah : 31

Testimoni