Insan Kamil official website | Members area : Register | Sign in

TAAM Insan Kamil, dalam Berita

Kamis, 21 Januari 2010

Share this history on :

Alhamdulillah, kiranya ungkapan yang patut kami ucapkan, meski baru dua tahun kiprah kami dalam pengasuhan anak, namun kepercayaan masyarakat cukup signifikan, hingga Radar Malang, pada Rabu, 27 Mei 2009, melakukan peliputan tentang Taman Asuh Anak Muslim (TAAM) Insan Kamil. Berikut liputan lengkapnya.

Jangan Sia-siakan Golden Age
Kesibukan kaum ibu dalam pekerjaan membuat lembaga penitipan anak semakin menjamur. Apa dampaknya terhadap perkembangan jiwa anak?


Izan, bocah berusia dua tahun itu, harus ditangani sendiri oleh salah satu pendampingnya di Taman Anak Asuh Muslim (TAAM) Insan Kamil kemarin. Bukannya dia tidak mau berkumpul dengan anak-anak lain di ruang makan, tetapi Izan memang lebih senang berada di luar dan bermain.

"Dia baru dua hari di sini. Masih perlu adaptasi," ujar Ulul Ilmi, waka Insan Kamil.

Karena itu, seorang guru khusus didelegasikan menangani Izan. "Meski belum bisa membaur dan masih ingin bermain di luar, Izan tidak pernah rewel," ungkap Ulul.

Izan adalah satu dari sepuluh anak yang dititipkan dalam program TAAM Insan Kamil. Sembilan anak lainnya lebih dulu dititipkan di sana. Ada yang berusia tujuh bulan, 1,5 tahun, sampai dua tahun. Hanya, hari itu yang masuk tujuh anak. Selain Izan, ada Dini, Hayan, Nafik, Muktafi, Alzam, dan Robin. Program TAAM sendiri dibuka sejak 2007 lalu.

Ulul membeberkan, dibukanya program itu sebagai penyikapan atas banyaknya wanita yang memilih berkarir daripada menjadi ibu rumah tangga tulen. Di sisi lain, banyak sekali ibu yang menyerahkan pengasuhan anak kepada pembantu. Padahal, belum tentu pembantu memiliki naluri mengarahkan sekaligus mendidik anak karena pekerjaan rumah tangga biasanya juga dibebankan kepada pembantu. "Masa balita adalah usia keemasan. Salah sedikit saja dalam pengasuhan, bisa fatal akibatnya," ucapnya.

Cuma, butuh kesabaran ekstra menjaga anak-anak itu. Apalagi, karakter satu anak dengan anak lainnya berbeda. Begitu juga kepedulian mereka terhadap teman. Belum lagi soal anak yang pipis di celana, buang air besar, waktunya makan, waktunya tidur, sampai mandi. "Kami berusaha maksimal merawat dan mengasuh mereka," tambah Ulul.

Karena itu, TAAM bukan hanya program penitipan anak semata. Dalam programnya, anak-anak yang dititipkan oleh tuanya diberikan muatan pendidikan. Misalnya menghafal doa sebelum melakukan rutinitas sehari-hari, belajar surat pendek, latihan disiplin, dan sosialisasi dengan teman. "Agar program yang diberikan pada anak nyambung, kami membuat buku penghubung pada orang tua. Sehingga ada kontinuitas pembelajaran," terang Ulul.

Hal senada diungkapkan Triana Swastika Sari, owner taman penitipan anak I Love Briliant. Menurut dia, masa keemasan anak tidak boleh disia-siakan. Karena itu, lewat taman penitipan anak yang didirikannya tahun 2006 itu, dia ingin meringankan beban para orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan. "Ini memang bagian dari bisnis. Tapi tidak provit oriented. Yang lebih penting, saya bisa meringankan beban orang tua," kata dia.

Menurut Triana, saraf-saraf anak yang berada dalam masa golden age (usia emas) harus terus dirangsang dengan program-program pendidikan anak. Misalnya, merangsang daya motorik halusnya. Bahkan, ini akan lebih baik jika sang balita ditemani orang tua. "Sayangnya orang tua sangat sibuk sehingga mereka menyerahkan penuh pada taman penitipan," ujar wanita yang menangani 50 anak di taman penitipannya ini.

Untuk memaksimalkan pengasuhan anak, wanita yang akrab disapa Tantri ini juga melengkapi taman penitipan dengan beragam sarana. Mulai arena bermain, CD room, komputer, taman baca, sampai kursus baca, tulis, dan matematika. "Anak-anak yang ada di sini mulai nol tahun sampai SD. Dan tiap tahun kami membatasi 15 anak agar program berjalan maksimal," ucapnya.

Kabid PLS Diknas Kota Malang Siti Ratnawati menerangkan, secara resmi pengawasan program taman penitipan anak tersebut di bawah PLS (pendidikan luar sekolah). Berdasarkan buku pedoman teknis yang dikeluarkan Depdiknas, taman penitipan anak adalah satu bentuk PAUD (pendidikan anak usia dini) sebagai wahana kesejahteraan.

Dua dasar hukum dari sekian banyak dasar hukum yang digunakan adalah UU 14/1974 tentang kesejahteraan anak dan UU 23/2002 tentang perlindungan anak. Sasaran program ini anak-anak usia 0 tahun sampai 4 tahun yang orang tuanya bekerja. Atau anak 0-4 tahun yang tidak mendapatkan layanan PAUD. "Panduan kurikulum menggunakan menu pembelajaran generik. Ini hanya pegangan. Pengembangannya diserahkan pada masing-masing lembaga," terang mantan kasi fungsional diknas tersebut.

Karena itu, pendidikan pada taman pendidikan anak dianjurkan menggunakan pendekatan beyond centers and circle time (BBCT). Model pendekatan ini adalah berbasis pada anak. Guru hanya mengarahkan. (nen/hap/yn)
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 komentar:

*